ALI BIN ABI THALIB
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat
atau terakhir dari khulafaurrasyidin. Dari kalangan anak-anak ia adalah seorang
pertama yang masuk islam. Ali bin Abi Thalib selain diambil sebagai anak asuh
Rasulullah saw. dia juga sepupu Rasulullah saw. sewaktu lahir, ia diberi nama
oleh ayahnya dengan nama Ali.
Ketika berusia 4
tahun ia diambil sebagai anak asuh oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw. berkata
kepada Abbas pasukanya, “Abu Thalib saudara anda memiliki banyak anak. Apa yang
anda lihat, banyak orang yang mangalami krisis. Bagaimana kalau kita ringankan
dia dari anak-anaknya itu.Saya mengambinyal satu dan anda mengambil seorang
untuk diasuh.” Demikian perkataan Rasulullah saw. kepada Abbas.
Lalu Abbas
mengasuh Jakfar Anaknya Abi Thalib dan Rasulullah saw. mengasuh Ali anaknya Abi
Thalib. Ali pun tinggal barsama Rasulullah saw.
Tatkala
Rasulullah saw. dan Khadijah sedang salat, Ali tiba-tiba masuk. Ali yang masih
kecil itu melihat Rasulullah saw. dan Khadijah sedang rukuk dan sujud serta
membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang sampai pada waktu itu sudah diwahyukan.
Ali tertegun dan berdiri sampai mereka berdua
selesai salat.“Kepada siapa kalian sujud?”Ali bertanya. “kami bersujud kepada
ALLAH swt,” jawab Rasulullah saw. “Dialah yang memutuskan menjadi Rasulullah
saw. dan memerintahkan Ali mengajak
manusia menyembahnya.” Kata Rasulullah saw. memberitahukan.
Mendapatkan
jawaban dari Rasulullah sa. tidak terlihat sikap tidak senang pada wajah Ali.
Kemudian Rasulullah saw. mengajak anak asuh yang sekaligus sifat-sifatnya
beribadah kepada ALLAH swt semata dan meninggalkan berhla-berhala latta dan Uzza.
Lalu Rasulullah membacakan beberapa ayat
Al-Qur’an, Ali pun terpesona dengan ayat itu, bagi Ali betapa luar biasa
indahnya ayat-ayat itu.Setelah itu, Ali meminta waktu berunding dengan ayahnya.
Pada malam harinya sebelum berunding Ali merasa gelisah samapi keesokan harinya
Ali menemui Rasulullah saw. diberitahukan kepadanya bahwa ia berniat memeluk
islam dan menjumpai ayahnya untuk berunding ia batalakan.
Waktu itu yang telah mengikuti ajakan dakwah
Rasulullah baru dua oaring. Pertama Khadijah istri Rasulullah saw. sendiri dari
kalangan perempuan dan kedua Ali dari kalangan anak-anak. Sebagai anak asuh
yang ikut bersama Rasulullah, Ali banyak meminta ilmu baik dari penyampaian
nabi maupun dari segala apa yang dilakukan Rasulullah saw.
Ali bin Abi
Thalib merupakan sahabat yang sangat beruntung. Dia dipilih Rasulullah saw.
untuk menjadi suami putrinya, Fatimah. Fatimah ra, adalah putri Rasulullah saw.
yang sangat dekat dengan Rasulullah saw.
Dengan
Fatimah, Ali menempuh hidup yang sangat bahagia. Mereka dikarunia dua oarng
putra, yakni Hasan dan Husen. Hasan Husen adalah dua cucu Rasulullah saw. yang
sangat dia sayangi. Rasulullah sering menggendong mereka berdua. Pada saat
salat, dua bocah itu sering menaiki punggung Rasulullah saw. ketika sujud. Pada
saat seperti itu, Rasulullah saw.memperlama sujudnya hingga mereka pergi atau
diambil oleh seseorang.
Fatimah
begitu berharga bagi Rasulullah saw.
Oleh karena itu, Rasulullah saw. pernah berkata bahwa siapa yang
menyakiti Fatimah maka ia telah menyakiti Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib
pernah diisukan akan menikah lagi. Maka Ali kemudian di panggil oleh Rasulullah
saw. dan dia berkata seperti itu. Tentu saja Ali tidak berani melakukannya.
Pada suatu
waktu ketika rumah Rasulullah saw. dikepung oleh para pemuda dari tiap-tiap
kabilah hendak mencari Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib berada didalam Rumah
Rasulullah bersamanya. Rasulullah telah mendapatkan informasi akan bahaya itu
dan diperintahkan untuk waspada dan hijrah pergi ke Madinah demi mengelabui
para pengepung Rasulullah memerintahkan Ali supaya memakai mantelnya dan tidur
di tempat tidurnya.
Ali pun langsung
melompat ke tempat tidur Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. keluar dengan
membaca surat Yasin, tanpa diketahui para pemuda yang mengepung rumahnya itu.
Betapa dalam keimanan Rasulullah saw. dan keberanianya, sehingga keluar rumah
menerobos kerumunan para pemuda pengepung yang haus darah hendak membunuhnya.
Tidurnya Ali
bin Abi Thalib di tempat tidurnya
Rasulullah saw. menjadikan para pengepung menyangka bahwa Rasulullah saw. masih
di rumahnya. Dan Ali memang keluar ketika Rasulullah pergi meninggalkan
rumahnya menuju Rumah Abu Bakar.Kemudian bertolak ke Gua Tsir. Para pengepung
dan orang-orang Quraisy belum mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah pergi jauh
dan mereka baru mengetahui setelah pajar tiba, yakni ketika para pengepung
menyerbu masuk ke rumah Rasullulah saw. Mereka justru mendapat Ali yang tidur
di kamar Rasulullah saw.
Selain
menyuruh tidur di tempat tidurnya, pada malam itu Rasulullah saw. memberikan
tugas kepada Ali untuk mengembalikan barang titipan kepada para pemiliknya
masing-masing tugas tersebut merupakan tugas yang penuh resiko. Tetapi Ali
mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa sedikitpu memiliki rasa
takut .
Dengan cara
inilah akhirnya Rasulullah saw. dan Abu Bakar selamat meninggalkan kota Mekah.
Setelah mendengar bahwa Rasulullah saw dan Abu Bakar sampai di Madinah. Barulah
Ali menyusul ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Ali dinikahkan dengan Fatimah
Azzahra, putri Rasulullah saw.
Pada suatu
saat Fatimah istri Ali bin Abi Thalib sedang sakit. Dalam sakitnya itu, ia
menginginkan buah delima. Maka Fatimah kemudian meminta Ali untuk mencarikan
buah delima.
Pada saat
itu, Ali sama sekali tidak memiliki uang untuk membeli buah delima. Akhirnya,
ia tetap pergi kepasar. Di pasar, ia mencari seorang sahabat dan meminjam uang.
Setelah itu ia membeli dua buah delima.
Dalam
perjalanan pulang ia menemui seorang tua rentang tengah kelaparan. Ali kemudian
memberikan satu buah deluma itu kepadanya.Ali melanjutkan perjalanan. Di tengah
perjalanan ia dicegat oleh seorang yang kelihatan sangat lemah. Ia berkata
bahwa ia sudah beberapa hari tidak makan.
Ali
bingung, ia hanya memiliki satu buah delima dan buah itu adalah permintaan
istrinya yang sedang sakit. Namun, melihat keadaan orang itu, akhirnya ia
berikan juga buah itu kepadanya. Sesampai dirumah, ia menemui istrinya dan
menceritakan kejadian yang menimpanya, Fatimah bukannya marah, ia justru
bersyukur memiliki suami yang pemurah seperti itu.
Namun, tidak berapa lama kemudian, seorang
sahabat datang berkunjung sambil memberikan sekeranjang buah delima kepada Ali
dan Fatimah.Sungguh itulah baasan ALLAH swt atas orang yang bersifat pemurah.
Dalam menjalani hidup sehari-hari dikenal
sangat sederhana dan zuhuddan sikap
hidup seperti itu diperlihatkanya baik ketika belum menjadi Khalifah dan
sesudah Khalifah. Bahkan cara hidup sederhana dan zuhud itupun diterapkannya pula pada putra-putrinya. Di samping
itu, Ali juga terkenal sebagai panglima perang yang gagah dah
perkasa.Keberaniannya itu menggetarkan hati lawanya.Ia mempunyai sebilah pedang
warisan dari Rasulullah saw. bernama “Dzul Faqar”. Hampir semua peperangan yang
terjadi pada masa Rasulullah saw. ia diturut serta selalu menjadi andalan pada
barisan depan.
Menurut Ali ra.Keberanian harus dibarengi
dengan kepercayaan, kecermatan dan keberanian menggertak musuh, khususnya dalam
situasi perang. Itulah Ali bin Abi Thalib, sang komandan perang dan pemimpin
yang sering terlibat dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah saw. Seperti
dalam perang Badar, Rasulullah saw. mengangkatMushab bin Umair untuk memimpin
umat islam. Setelah Mushab terbunuh, Rasulullah saw. menyerahkan
kepemimpinannya kepada Ali ra, dan salah seorang dari golingan Anshar.
Dalam perang Uhud, kaum muslimin mengalami
sedikit kekalahan. Penyebab utamanya adalah karena tidak menaati Rasulullah
saw. pada waktu itu, kaum muslimin telah dikepung oleh kaum kafir Quraisy dari
empat penjuru. Kaum Muslimin banyak yang gugur syahid.Dan sebagian lagi ada
yang melarikan diri. Adapun Rasulullah saw. sendiri terkepung oleh musuh-musuh.
Lalu mereka mengumumkan bahwa Rasulullah saw. telah gugur. Berita ini membuat
pasukan muslim merasa sangat panic, sehingga membuat mereka lebih kacau dan
tidak konsentrasi pada peperangan.
Dalam keadaan kacau balau, Ali ra. Mencari
Rasululah saw. dan dia menceritakan, “Ketika orang-orang kafir mengepung Kaum
Muslimin, aku tidak melihat Rasulullah saw. Aku segera mencari dia di antara
orang-orang yang masih hidup, tetapi aku tidak menemukanya.Lalu aku mencarinya
di antara mayat-mayat para syuhada, di situpun aku tidak menemukannya. Aku
berpikir tudak mungkin Rasulullah saw. melarikan diri dari pertempuran. Mungkin
karena perbuatan kami ALLAH swt.Mengangkat kekasih-Nya ke langit. Aku tidak
dapat mengira-ngira kemungkinan lain tentang Rasulullah saw. yang lebih baik
dari itu. Aku segera mencabut pedang kemudian
terjun ke tengah medan pertempuran dengan perasaan bahwa aku akan gugur
dalam pertempuran itu.
Aku terus bertempur sehingga sebuah jalan
terbuka di tengah kepungan itu. Pada saat itulah terlihat olehku Rasulullah saw. bukan main gembiranya hatiku
ketika melihatnya. Aku yakin ALLAH swt, pasti melindungi kekasih-Nya melalui
para malaikat-malaikat-Nya.Aku segera menjumpa dia dan berdiri disisinya.
Tiba-tiba muncullah pasukan kafir hendak menyerang Rasulullah saw. Melihat
orang itu di berkata “Hai Ali, tahanlah mereka”.Akupun langsung menghadapi
mereka seorang diri dengan segenap kemampuanku.Sebagian merekapun melarikan
diri dan yang lainya dapat aku bunuh. Lalu datanglah pasukan kedua yang juga
hendak menyerang Rasulullah saw. Dia memberikan isyarat kepadaku supaya menahan
mereka.Akupun melawannya seorang diri.“Demikian keberanian Ali ra.Dalam perang
Uhud”.
Ali bin Abi
Thalib juga dikenal dengan kecerdasanya dan menguasai banyak masalah keagamaan
secara mendalam. Rasulullah saw. Pernah menggambarkan kedalaman ilmu Ali
melalui sabdanya, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya.” Oleh
karena itulah, nasihat dan fatwanya selalu didengar para khalifah sebelumnya,
Ia pun selalu di tempatkan pada jabatan sebagai qadhi atau Mufti.
Ali ra. Dikenal sebagai wakil juru tulis,
tempat penyimpan rahasia, dan kepercayaan Rasulullah saw. Ali juga dikenal
sebagai sekretaris Rasulullah saw. dalam perjanjian Hudaibiyah.
Ketika Rasulullah
saw. wafat, Ali menunggu jenazahnya dan mengurusi pemakamannya pula. Sementara
sahabat-sahabat lainya sibuk memikirkan pengganti Rasulullah saw. Setelah Abu
Bakar terpilih menjadi khalifah ia tidak segera membaiatnya. Ia baru
membaiatnya setelah beberapa bulan kemudian.
Setelah khalifah
ketiga, Usman bin Affan wafat, Kaum Muslimin meminta kesediaan Ali untuk
dibaiat menjadi khalifah. Kaum muslimin beranggapan bahwa Ali ra.Adalah orang
yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman.Menanggapi permintaan rakyat
banyak itu, Ali ra. Berkata, “ Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah
perkara yang teramat panting.Ini adalah urusan tokoh-tokoh Ahli Syu bersama pejuang
perang badar”.
Dalam suasana yang masih kacau, akhirnya Ali
ra.dibaiat. Pembaiatan dimulai dari sahabat-sahabat besar yaitu, Talhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash dan para sahabat
lainya.Mereka yang telah membaiat Ali ra.Ini segera diikuti oleh rakyat
banyak.Pembaiatannya pun dilakukan pada tanggal 25 Dzulhijah di Masjid Madinah
seperti pembaiatan para khalifah pendahulunya.
Setelah menjabat sebagai khalifah, kebijakan
yang dijalankannya diantaranya adalah mengambil tanah-tanah yang tidak jelas
kepemilikannya untuk kepentingan Negara, memberikan tunjangan dari Baitul Mal
kepada kaum Muslimin secara merata, separti yang pernah dilakukan Abu Bakar,
mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, dan
meninggalkan kota Madinah untuk ,enjadikan kufah sebagai pusat pemerintahan.
Masa kekhalifahan Ali ini menemui banyak
kesulitan.Pada masa pemerintahannya itu banyak di warnai munculnya
pemberontkan.Dalam menyelesaikan permasalahan pemberontak itu Ali berupaya menggunakan
cara-cara damai.Tetapi upaya untuk menggunakan upaya damai menuai
kegagalan.Sangat sulitnya keadaan pemerintahan Ali, sampai-sampai terjadi dua
peperangan besar yang disebut dengan perang Shiffin. Tidak beda dengan khalifah
sebelumnya, Usman bin Affan yang terbunuh oleh tangan-tangan pemberontak. Ali
pun meninggal dunia di tangan pemberontak.
Meskipun demikian, dalam kekhalifahannya, Ali
ra.dikenal dengan sikap zuhud, belas kasih, wara dan suka mendermakan hartanya
untuk umat islam secara merata dan adil. Dalam berderma itupun melalui
pertimbangan yang benar.
Pada suatu hari, Ali ra.memasuki baitul Mal
(semacam kantor keuangan atau perbendaharaan). Di situ dia melihat emas dan
perak.Lalu, Ali ra.berkata pada emas, “wahai yang memiliki kilauan
kekuning-kuningan, tataplah dengan kekuning-kuninganmu! Wahaiyang memiliki
keputih-putihan, tetaplah engkau dengan keputih-putihanmu “. Aku tidak akan
tertipu dengan mu.
Soal kepemimpinana, Ali bin Abi Thalib tidak pernah mendukung seseorang
tertentu, tetapi selalau menyerahkan kepada tokoh-tokoh ahli Syura dan para
pejuang perang Badar. Hal itu terlihat ketiaka dia diminta para sahabat untuk
menduduki jabatan sebagai khalifah.
Ali bin Abi Thalib
pernah mengingatkan kita tentang alam kubur. Di ceritakan oleh Kumail ra.“Pada
suatu hari, aku berjalan bersama Ali ra.tibalah kita melewati sebuah hutan. Ali
ra.mendekati sebuah kuburan sambil berkata, wahai penghuni kubur, wahai
penghuni tempat sunyi, wahai yang berbau busuk, wahai yang penuh ketakutan,.
Bagaimanakah kabarmu?”.
Kemudian ia
berkata, “Adapun kabar kami disini, hartamu telah dibagi-bagikan, anak-anakmu
telah menjadi yatim dan istri-istrimu telah menikah lagi. Inilah berita kami,
seandainya mereka boleh dan dapat
berbicara. Mereka akan mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa”.
Setelah berkata demikian ia menangis “Wahai
Kumail, kubur adalah tempat penyimpana amal, dan kita akan mmenyadarinya
setelah maut menjemput kita”’.
Amal baik atau buruk
seseorang akan tersimpan didalam kubur bagai tersimpan didalam kotak. Suatu
ketika, Rasulullah saw. bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “Tahukah
kalian bagaimana perumpamaan kalian dengan anak saudara kalian, harta kalian
dan amal perbuatan kalian?”.
Rasulullah saw.
bersabda “Perumpamaannya bagaikan seseorang yang memiliki tiga saudara.
Menjelang kematiannya, ia memanggil saudara-saudaranya dan berkata,
“Saudara-saudaraku, kalian telah mengetahui bagaimana keadaanku ini, maka
bantuan apakah yang dapat kalian beriakn untuku?”.
Saudaranya yang pertama menjawab, “Aku akan
menyayangimu, aku akan mengobatimu dan aku akan melayani semua keperluan mu.
Jika kamu meninggal dunia, aku akan memandikan mu, mengkafanimu dan
menguburkanmu. Lalu akau akan senantiasa mengingat kebaikanmu”.
Kemudian
pertanyaan yang sama juga diajukan kepada saudaranya yang kedua, saudaranya
yang kedua menjawab, “Aku akan selalu bersamamu selama aku masih hidup. Dan
jika kamu telah meninggal dunia, aku akan pergi kepada yang lain”.
Setelah itu
saudara yang ketiganya pun diberi pertanyaan yang sama. Saudaranya yang ketiga
pun menjawab, “Walaupun didalam kubur, aku akan selalu bersamamu.Akan
kutenangkan hatimu ketika kamu akan di hisab, dan aku akan memberatkan
timbangan amal baikmu”.
“Dari ketiga saudara tersebut, saudara yang
pertama adalah saudara dan keluarganya yang sebenarnya. Adapu saudara yang
kedua adalah harta yang akan menemani ketika masih hidup. Saudara yang ketiga
adalah amal saleh, yang menemani baik ketika masih hidup maupun sudah mati dan
akan memberatkan timbangan amal baik”. Demikianlah sabda Rasulullah saw.
Rasulullah saw.
melanjutkan sabdanya, “Sekarang sebutlah, manakah yang menjadi pilihanmu!”.
Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, tentu
saudara yang terakhirlah itulah yang akan kami pilih”.
No comments:
Post a Comment